"Tesso Nilo adalah rumah gajah dan rumah kami juga. Kami ingin hidup berdampingan seperti dulu, sebelum hutan dirusak," ujar SE Hasibuan Kabid Intelijen & Invesitgasi DPP LPPNRI Riau Mewakila Sang Gajah.
Pastinya, Apabila Sang Gajah Bisa Demo. Seperti Pendemo Menuntut Di Depan Kantor Gubernur Riau, Sang Gajah Akan Demo Juga Menuntut dan membentangkan spanduk dan poster bergambar gajah, Gajah Akan menyampaikan tiga tuntutan utama:
1. Pemerintah menertibkan dan mencabut izin perusahaan yang beroperasi secara ilegal di kawasan TNTN.
2. Melakukan pemulihan ekosistem hutan secara masif dan berkelanjutan.
3. Menjamin ruang hidup satwa dan masyarakat adat tidak lagi terganggu oleh kepentingan korporasi.
"Jika gajah saja tahu bahwa tanah ini tanah airnya, kenapa manusia lupa?" ujar SE Hasibuan, sambil menunjuk foto ikonik gajah yang memegang bendera.
Taman Nasional Tesso Nilo adalah satu dari sedikit benteng terakhir habitat gajah Sumatera. Namun sejak dua dekade terakhir, kawasan ini terus terdesak oleh ekspansi kebun sawit yang menyusup hingga ke jantung taman nasional. Akibatnya, konflik antara manusia dan satwa meningkat, korban jiwa pun tak terhindarkan—baik di pihak manusia maupun hewan.
Aksi Satgas PKH diharapkan menjadi momentum peringatan serius bagi pemerintah, bahwa konservasi tidak bisa ditunda. Bahwa Tesso Nilo bukan hanya kawasan lindung di atas peta, tapi rumah nyata bagi makhluk hidup yang punya hak tinggal, sebagaimana mestinya. (Rol)
